Senin, 09 Desember 2019

Semburat Pelangi Dimalam Festival Banyuwangi

Dikampus, suasana kelas masih sama seperti kemarin, jauh dari kata sepi. Sura disana sini membuat ruangan sesak seperti berada di tengah-tengah pasar. Hingga tiba kelas terakhir selesai, satu persatu mahasiswa mulai berhamburan keluar menjadikan kelas hening seketika.

Malam itu adalah malam minggu sekitar pukul 19.30 an aktivitas kampus sudah berakhir, di area parkir kampus merasa bingung sendirian berfikir hendak mau kemana selanjutnya. Seketika teringat suatu festival budaya pada malam itu. Tanpa pikir panjang, menghidupkan motor dan bergegas untuk menuju ke tempat diadakannya festival. Tentu saja sebelumnya bertanya-tanya pada teman, tentang acara mereka malam itu. Namun mereka sibuk dengan acara masing-masing, sehingga terpakasa pergi menonton festival sendiri. Sebenarnya ini tidak nyaman pergi sendiri, tapi apa boleh buat malam itu sudah berniat untuk menghibur diri mereflekkan otak.

Festival ini adalah festival kuwung yang diadakan untuk merayakan Hari Jadi Banyuwangi (HARJAB) yang ke- 248 tahun. Festival ini digelar untuk menampilkan beragam budaya Banyuwangi dalam sebuah parade seni budaya. Sesuai namanya Kuwung, yang artinya pelangi dalam bahasa Osing/Using. "Festival Kuwung adalah etalase kebudayaan dan seni asli Banyuwangi. Festival Kuwung yang digelar di Banyuwangi ini diramaikan dengan beragam budaya khas kabupaten sahabat, seperti Kediri, Kota Probolinggo, Jembrana-Bali, dan Provinsi Kalimantan Timur. Tahun ini Festival Kuwung mengangkat tema 'Gumelare Bumi Blambangan' atau hamparan Bumi Blambangan. Dengan segala potensi seni dan budaya yang ada di Banyuwangi ditampilkan dalam bentuk tarian dan fragmen. Parade ini dimulai dari depan Kantor Pemkab Banyuwangi pada pukul 20.30 hingga finish di Taman Blambangan Banyuwangi pada pukul 23.00.
Disepanjang parade yang digelar berjalan sesuai dengan kelompok masing-masing memanjakan mata penontonnya di sepanjang jalan yang dilalui. Bentuk, warna dan tampilan dari setiap seni budaya memiliki khas dan daya tariknya tersendiri ditambah dengan rupa ayu dan tampan para pesertanya membuat penonton yang hadir semakin terbawa oleh suasana pagelaran tersebut. Tidak terasa angin yang berhembus semakin kencang dan waktu sudah menunjukkan bahwa malam sudah larut dan pagelaran seni kuwung sudah selesai. Satu persatu penonton mulai berhamburan pergi dari tempat semula mereka menonton dan beranjak pulang. Jalanan yang tadinya ramai dengan suara riuh penonton dan tabuhan-tabuhan musik pagelaran seni budaya, perlahan mulai berganti menjadi suara kendaraan yang lalu lalang dengan tujuan masing-masing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar